Bila Kecebong Bertemu Idolanya

Ada yang bilang benci dan cinta itu bedanya sangat tipis. Orang membenci karena cinta yang tak sampai. Beberapa hari lalu sudah hampir aja putus asa gegara aku terlambat daftar untuk ikut Peluncuran PPh Final UMKM 0,5%. Eeh…detik terakhir dikabari bahwa aku lolos seleksi dan besok pagi agar mengambil undangan di panitia. Saking senengnya semalaman ga […]

LAIN LADANG LAIN BELALANG

Lain lubuk lain ikannya.
Lain daerah lain pula adat kebiasaannya. Peribahasa ini pas banget untuk menggambarkan pengalamanku kala itu. Maksud hati ingin mengunjungi tempat wisata yang “tidak biasa” ternyata niat tersebut berbuah kekecewaan. Tulisan ini untuk melengkapi postingan ini.

Berawal dari acara meeting antar travel agent Sempati Air (walah airlines ini sudah almarhum sekarang) se Indonesia yang diadakan di Perth, Western Australia, Nining dan aku berencana sekalian jalan-jalan ke Sydney dan berakhir di Darwin. Kami berencana menghabiskan dua malam di Sydney dan dua malam di Darwin, karena Nining hanya bisa mencuri waktu disela kesibukannya sebagai manager keuangan Sempati. Lagian ada hari libur internasional diminggu dikala itu.

Setelah urus sana urus sini akhirnya kami mendapatkam tiket FOC alias tiket gratisan dari Qantas. Untuk Surabaya-Perth kami sudah disediakan tiket gratis oleh Sempati. Berhubung Perth-Sydney-Darwin-Denpasar kami sudah mendapat gratis dari Qantas jadi kami hanya tinggal membeli Denpasar-Surabaya saja. Yeaah…mari kita berpetualang !

Meetingpun usai, malam itu juga bergegaslah kami menuju bandara untuk menuju Sydney. Beruntungnya kami karena mendapat tumpangan gratis dari Titi, mahasiswa Indonesia yang nyambi jadi tour guide kami. Mana mobil Titi adalah Toyota Celica lagi, waah…Kala itu di Indonesia mana ada mobil mewah seperti itu. Biarpun malu-maluin pokoknya aku bisa tanya ini itu tentang mobil yang beluma pernah aku lihat sebelumnya, dan asyiknya lagi aku diperbolehkan nyetir sebentar, di area parkir Hotel. Yay !

Setelah tiba di Bandara kami dikejutkan dengan lautan manusia yang memenuhi Bandara. Ada apakah gerangan ? Usut punya usut hari itu adalah menjelang Easter. Ya ya…tanggalan merah di kalender itu adalah hari Paskah. Alhasil kami tidak dapat meneruskan perjalanan ke Sydney ! Lho kok ?! Iyaaa…khan tiket kami gratisan dan saat itu peak season. Harus tahu diri doong…makanya kami hanya disuruh berdiri dibarisan stand by terus, sampaiii…flight terakhirpun kami tidak mendapatkan seat ke Sydney. Padahal hari sudah larut malam. Untuk kembali ke Hotel sangatlah tidak mungkin karena jarak Bandara ke Hotel Burswood jauh banget…
Disaaat kami hampir putus asa datanglah bantuan yang tidak disangka-sangka. Gusti Allah mendengarkan doa kami. Dia mengutus seorang mahasisawa Indonesia untuk mengulurkan kunci kamar kostnya untuk kami pergunakan bermalam. Dengan menuliskan alamat maka berpisahlah kami, dia ke Sydney, kami ke rumahnya…Duh (sambil tepok jidat).

Perjalanan Perth-Sydney keesokan harinya lancar jaya tanpa hambatan.
Setelah check in hotel kami berencana city tour dengan trolley. Kejanggalan pertama, menanti trolley yang tiada kunjung datang. Kejanggalan kedua, mengikuti rute trolley jalanan terasa lengang. Mengapa Sydney yang kota megapolitan begitu sepi ?! Bahkan mall di sepanjang Sydney Central Plaza pada tutup !

Dan kamipun baru sadar bahwa hari ini hari libur Easter !
Padahal kalau di Indonesia kalau libur apapun yang namanya tujuan wisata atau mall khan paling meriah dan selalu jadi tujuan liburan khan. Ini kok ?!
Betapa jengkelnya Nining si ratu belanja mengetahui hal ini. Padahal kami sudah membayangkan liburan meriah di Sydney, seperti halnya liburan meriah di Indonesia. Lagian dia sengaja membawa koper besar untuk diisi belanjaan selama di Australia. Beruntung aku yang tidak terlalu suka shopping jadi terasa biasa aja. Akhirnya hari itu kami hanya mengikuti rute trolley. Aku sih enjoy aja, khan bisa mengunjungi (lagi) Sydney Opera House, Art Museum dll. Makannyapun di Mc Donald’s atau sebangsanya yang mau berbaik hati buka di hari libur toh aku bukan yang termasuk pemilih soal makanan. Ada untungnya lho mall-mall pada tutup karena keesokan harinya kami jadi bisa ke ibu kota Australia, Canberra walaupun semua keramaian dalam keadaan tutup. Dan kulihat Nining disepanjang perjalanan hanya cemberut dan bete hahaha….

Sydney-Darwin tanpa hambatan, mungkin karena Easter sudah lewat yaa. Tapi…tapi…Darwin bukan kota megapolitan seperti Sydney. Darwin hanya sebesar kota Malang di Jawa Timur, kemana sih orang-orangnya ? Kok sepi ?? Mana hotel kami kelas losmen pula. Dan oooh….AC window nya rusak. Tidaaak !!
Setelah kami tarik urat leher maka, diperbaikilah AC kamar kami.
Karena keadaan yang sangat tidak nyaman ini, kami berusaha menelpon teman dan kolega kami yang tinggal di Darwin. Hasilnyaaa…mereka pulang ke Indonesia karena libur Easter !

Menurut info, semua obyek wisata di Darwin dan sekitarnya pada tutup, tapi ada satu mall yang mau berbaik hati membuka dirinya. Wuzz…Bergegaslah kami ke sana. Mallnya sih buka, tetapii…toko-tokonya tutup semua. Bahkan sekedar toko souvenirpun tidak kami temukan disini. Kali ini aku tidak bisa enjoy lagi, aku tidak bisa menghibur diriku sendiri lagi, aku tersiksa ! Ternyata mall tersebut sengaja dibuka hanya untuk menampung orang-orang Aborigin yang numpang mendinginkan diri karena suhu di luar sangaat panas ! Panas kotanya, panas pula hati kami. Aaaarghhh….! Jadilah dua malam kami pergunakan ngadem di mall seperti para Aborigin itu 😦

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Kami akan pulang ke Surabaya. Yay…kami bersorak gembira !
Penderitaan kami berakhir sampai di sini ? TIDAK !
Setibanya di Denpasar (lagi-lagi) malam sangatlah larut. Tahu dong artinya ?! Itu artinya tidak ada satupun penerbangan yang beroperasi, dan itupun artinya Bandaranyapun TUTUP ! Dengan segala pertimbangan, maka diputuskanlah kami tetap bertahan di Bandara. Itu artinya pula kami harus menginap menggelandang di emperan Bandara !
Horee…lengkap sudah penderitaan kami !!