LAIN LADANG LAIN BELALANG

Lain lubuk lain ikannya.
Lain daerah lain pula adat kebiasaannya. Peribahasa ini pas banget untuk menggambarkan pengalamanku kala itu. Maksud hati ingin mengunjungi tempat wisata yang “tidak biasa” ternyata niat tersebut berbuah kekecewaan. Tulisan ini untuk melengkapi postingan ini.

Berawal dari acara meeting antar travel agent Sempati Air (walah airlines ini sudah almarhum sekarang) se Indonesia yang diadakan di Perth, Western Australia, Nining dan aku berencana sekalian jalan-jalan ke Sydney dan berakhir di Darwin. Kami berencana menghabiskan dua malam di Sydney dan dua malam di Darwin, karena Nining hanya bisa mencuri waktu disela kesibukannya sebagai manager keuangan Sempati. Lagian ada hari libur internasional diminggu dikala itu.

Setelah urus sana urus sini akhirnya kami mendapatkam tiket FOC alias tiket gratisan dari Qantas. Untuk Surabaya-Perth kami sudah disediakan tiket gratis oleh Sempati. Berhubung Perth-Sydney-Darwin-Denpasar kami sudah mendapat gratis dari Qantas jadi kami hanya tinggal membeli Denpasar-Surabaya saja. Yeaah…mari kita berpetualang !

Meetingpun usai, malam itu juga bergegaslah kami menuju bandara untuk menuju Sydney. Beruntungnya kami karena mendapat tumpangan gratis dari Titi, mahasiswa Indonesia yang nyambi jadi tour guide kami. Mana mobil Titi adalah Toyota Celica lagi, waah…Kala itu di Indonesia mana ada mobil mewah seperti itu. Biarpun malu-maluin pokoknya aku bisa tanya ini itu tentang mobil yang beluma pernah aku lihat sebelumnya, dan asyiknya lagi aku diperbolehkan nyetir sebentar, di area parkir Hotel. Yay !

Setelah tiba di Bandara kami dikejutkan dengan lautan manusia yang memenuhi Bandara. Ada apakah gerangan ? Usut punya usut hari itu adalah menjelang Easter. Ya ya…tanggalan merah di kalender itu adalah hari Paskah. Alhasil kami tidak dapat meneruskan perjalanan ke Sydney ! Lho kok ?! Iyaaa…khan tiket kami gratisan dan saat itu peak season. Harus tahu diri doong…makanya kami hanya disuruh berdiri dibarisan stand by terus, sampaiii…flight terakhirpun kami tidak mendapatkan seat ke Sydney. Padahal hari sudah larut malam. Untuk kembali ke Hotel sangatlah tidak mungkin karena jarak Bandara ke Hotel Burswood jauh banget…
Disaaat kami hampir putus asa datanglah bantuan yang tidak disangka-sangka. Gusti Allah mendengarkan doa kami. Dia mengutus seorang mahasisawa Indonesia untuk mengulurkan kunci kamar kostnya untuk kami pergunakan bermalam. Dengan menuliskan alamat maka berpisahlah kami, dia ke Sydney, kami ke rumahnya…Duh (sambil tepok jidat).

Perjalanan Perth-Sydney keesokan harinya lancar jaya tanpa hambatan.
Setelah check in hotel kami berencana city tour dengan trolley. Kejanggalan pertama, menanti trolley yang tiada kunjung datang. Kejanggalan kedua, mengikuti rute trolley jalanan terasa lengang. Mengapa Sydney yang kota megapolitan begitu sepi ?! Bahkan mall di sepanjang Sydney Central Plaza pada tutup !

Dan kamipun baru sadar bahwa hari ini hari libur Easter !
Padahal kalau di Indonesia kalau libur apapun yang namanya tujuan wisata atau mall khan paling meriah dan selalu jadi tujuan liburan khan. Ini kok ?!
Betapa jengkelnya Nining si ratu belanja mengetahui hal ini. Padahal kami sudah membayangkan liburan meriah di Sydney, seperti halnya liburan meriah di Indonesia. Lagian dia sengaja membawa koper besar untuk diisi belanjaan selama di Australia. Beruntung aku yang tidak terlalu suka shopping jadi terasa biasa aja. Akhirnya hari itu kami hanya mengikuti rute trolley. Aku sih enjoy aja, khan bisa mengunjungi (lagi) Sydney Opera House, Art Museum dll. Makannyapun di Mc Donald’s atau sebangsanya yang mau berbaik hati buka di hari libur toh aku bukan yang termasuk pemilih soal makanan. Ada untungnya lho mall-mall pada tutup karena keesokan harinya kami jadi bisa ke ibu kota Australia, Canberra walaupun semua keramaian dalam keadaan tutup. Dan kulihat Nining disepanjang perjalanan hanya cemberut dan bete hahaha….

Sydney-Darwin tanpa hambatan, mungkin karena Easter sudah lewat yaa. Tapi…tapi…Darwin bukan kota megapolitan seperti Sydney. Darwin hanya sebesar kota Malang di Jawa Timur, kemana sih orang-orangnya ? Kok sepi ?? Mana hotel kami kelas losmen pula. Dan oooh….AC window nya rusak. Tidaaak !!
Setelah kami tarik urat leher maka, diperbaikilah AC kamar kami.
Karena keadaan yang sangat tidak nyaman ini, kami berusaha menelpon teman dan kolega kami yang tinggal di Darwin. Hasilnyaaa…mereka pulang ke Indonesia karena libur Easter !

Menurut info, semua obyek wisata di Darwin dan sekitarnya pada tutup, tapi ada satu mall yang mau berbaik hati membuka dirinya. Wuzz…Bergegaslah kami ke sana. Mallnya sih buka, tetapii…toko-tokonya tutup semua. Bahkan sekedar toko souvenirpun tidak kami temukan disini. Kali ini aku tidak bisa enjoy lagi, aku tidak bisa menghibur diriku sendiri lagi, aku tersiksa ! Ternyata mall tersebut sengaja dibuka hanya untuk menampung orang-orang Aborigin yang numpang mendinginkan diri karena suhu di luar sangaat panas ! Panas kotanya, panas pula hati kami. Aaaarghhh….! Jadilah dua malam kami pergunakan ngadem di mall seperti para Aborigin itu 😦

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Kami akan pulang ke Surabaya. Yay…kami bersorak gembira !
Penderitaan kami berakhir sampai di sini ? TIDAK !
Setibanya di Denpasar (lagi-lagi) malam sangatlah larut. Tahu dong artinya ?! Itu artinya tidak ada satupun penerbangan yang beroperasi, dan itupun artinya Bandaranyapun TUTUP ! Dengan segala pertimbangan, maka diputuskanlah kami tetap bertahan di Bandara. Itu artinya pula kami harus menginap menggelandang di emperan Bandara !
Horee…lengkap sudah penderitaan kami !!

KARTU TELEPON

Ketika kemarin aku baca blog ini serta merta aku teringat kepunyaanku. Aku punya koleksi juga, tapi kartu telepon. Sayang aku terlalu malas bergabung dengan komunitas kolektor kartu telepon. Biar aja aku nikmati sendiri. Lalu satu persatu aku buka Card holder sambil mengingat-ingat kejadian dibalik setiap kartu.

Aku sudah lupa kapan aku mulai menggeluti hobby yang satu ini. Yang aku ingat ketika itu telepon umum ada dimana-mana baik di Indonesia maupun di manca negara dengan design kartu telepon yang menarik, baik yang  magnetik maupun yang menggunakan chip. Walaupun telepon seluler sudah mulai diperkenalkan tapi kartu telepon tetap menjadi pilihan menelpon irit, terutama untuk ke luar nageri, karena pulsa telepon seluler kala itu terbilang muahaal. Makanya untuk telpon internasional aku sering menggunakan International Calling Card. Dan ketika aku sedang berada di manca negara baru deh aku memakai telepon umum.
Kalau untuk menelpon dalam negeri sendiri jarang banget aku memakai telepon umum, khan ada telepon rumah, lagian aku jarang kelayapan yang mengharuskan aku menggunakan jasa telepon umum.

Banyak cerita seru dibalik perburuan kartu telepon, apalagi edisi terbatas. Biasanya yang edisi terbatas tidak pernah aku pergunakan untuk menelpon. Biarlah pulsanya hangus, asal kartunya masih mulus.

Coba lihat edisi terbatas yang seperti ini.

DSC04110

Masih tersimpan rapi lengkap dengan plastik pembungkusnya

Atau yang ini.

DSC04111

DSC04115

Ada penampakan berbaju biru hiiiy…..

Aku sengaja SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) sama anggota dari klub elite ini khusus buat dapetin kartu edisi terbatas mereka. Lha sudah tertera disitu cuma dibikin 1000 set aja…

Ketika jamannya Ronaldo dan David Beckham menjadi bintang lapangan, akupun tak mau ketinggalan mengoleksinya, walaupun aku buta tentang dunia persepakbolaan hehe…

DSC04136

Dan ketika Akademi Militer berulang tahun ke 40 tahun, aku langsung indent di Kantor Telepon

DSC04116

Hal pertama kali yang aku lakukan setelah terbebas dari prosedur bea cukai yang bikin hati dag dig dug adalah langsung mendatangi vending machine yang menjual kartu gambar LAX.

DSC04117

Atau di lain waktu diakhir musim gugur 1998, aku melihat vending machine dari jauh yang terlihat sendirian di dekat toilet.

DSC04135

Yaa…siapa yang mau berkunjung kemari dimusim ini ?

Lain lubuk lain belalang. Setiap perayaan keagamaan di Indonesia selalu dirayakan meriah, terutama di tempat-tempat wisata, apalagi mall. Tapi kejadian ini berbuah kekecewaan. Dan kartu telepon ini tidak juga bisa mengobati kekecewaan kami karena teman-teman kami pada pulang kampung.

DSC04138

Dengan kartu telepon ini di musim haji 1997, aku mengabarkan kepada ibuku sambil menangis,”Mama…aku berhasil mencium Hajjar Aswad !”

DSC04140

Ketika aku bertemu kembali dengan mantan boss ketika aku bekerja di sebuah perusahaan swasta nasional, meloncatlah kata-kata spontan dan malu-maluin apabila si pak mantan boss ke luar negeri aku minta oleh-oleh kartu telepon. Bekas juga gak masalah.
Dan tanpa disangka sebulan kemudian datanglah segebok, dalam arti kata sebenarnya, segebok kartu telepon.
Setelah mengucapakan terima kasih, tak lupa aku pengen  tau cerita pengalaman beliau pergi sehingga mendapatkan kartu-kartu tersebut.
Dengan enteng beliau berkata bahwa beliau hunting di internet. Beliau tidak tahu jelas dari negara mana saja kartu-kartu itu. Beliau hanya bilang semakin tulisannya keriting, semakin bernafsu untuk dibelinya, untuk aku. Haaa…..sebegitu niatnya Bapaak ! Terima kasih yaw…

DSC04131

Kalau yang ini sudah pasti dari Russia

DSC04133Dari tulisannya bisa ditebak bahwa kartu ini dari Serbia

DSC04124Yang ini dari Cyprus

DSC04123Yang ini dari mana coba ?

DSC04121Dari Portugal

DSC04134Nah yang ini ada menara Eiffel, ada Saint-Petersburg tapi tulisannya keriting dan di balik kartu ini tertulis dari France. Hadewh…nggak tahu ah.

Ketika aku merasa berbulan-bulan temanku si Italia, Marco Cavina, tidak pernah berhalo-halo di telepon. Aku putuskan untuk menelponnya sekedar hai apa kabar.
Belum juga aku menanyakan kabarnya, tiba-tiba si Marco marah besar. Dia mengatakan aku tidak mau berterima kasih. Wong sudah susah payah ngumpulin kartu telepon dan sudah di kirim kok ga ada kabarnya. Dhuarr !! Seketika aku sadar bahwa kartu teleponku dicuri pak pos. huwaaaa…!
Sampai sekarang aku kehilangan kontak dengan si Italia ini.

DSC04120

Kartu-kartu di atas masih aku foto dengan kamera saku. Siapa tahu entah kapan aku mendapat pinjaman scanner biar lebih bagus gitu. Kalau beli sendiri sih ogah…niat amat beli sanner cuma buat upload kartu telepon  🙂

NORAK BINTI AJAIB

Sebetulnya keinginan ini sudah lama, hanya saja aku tidak bisa menggambarkan keadaanku bagaimana.

Bermula dari main game yang ada di iPad, aku jadi bisa berkenalan dan punya banyak kenalan dari mancanegara. Umumnya nama mereka dihias sedemikian rupa. Mau tanya bagaimana cara menghias, malu doong. Mungkin aja mereka pikir orang Indonesia gaptek, ndeso atau apa saja yang berbau SARA. Atau kalau mau berpikir positif, mungkin areanya dibedakan, karena mereka negara maju mereka bisa begini begitu. Kalau Indonesia karena kurang maju dikasih cuma ini. Laah ujung-ujungnya juga SARA.

Berawal ketika search ke rumah tetangga, ternyata aku menemukan nama yang berbau Indonesia. Jadilah kami tetangga. Dan setelah agak lama kami bertetangga kutanyakan memakai media apakah dia. Dan ketika dia menjawab iPad, pucuk dicinta ulampun tiba, kutanyakan lagi bagaimana cara dia menghias komentarnya. Dan yang bikin kelabakan adalah jawabannya sudah dari sononya. Hadewh kenapa dengan iPad ku ?

Lama aku utak atik game ku. Tidak ada yang berubah ! Sampai-sampai dia tetangga Indonesiaku menyemangati aku, ayo cari terus tulisnya.

Tadi siang ketika aku iseng mencari program edit foto di app store kutemukanlah dia yang kucari. Download dan voilaa ! Bergegaslah aku ke rumah tetangga game ku dan dengan bangganya kuberitahukan kepadanya tentang program ini.

Tapi, kenapa ada yang janggal ya ?
Aku hapus program itu, kembali aku cek di Facebook, berhasil. Aku cek di notes di iPad, berhasil. Aku coba buka WordPress, aku tuliskan disini, berhasil !
Lho ?!
Jadi ?!

Ternyata memang akulah yang gaptek.
Setting untuk keyboard belum aku aktifkan. Owalaaa…… EMOJI, baru kutemukan kau setelah hampir dua tahun 😔 🙈

✨🌻🎂🐳😎🐯✈️🐙🐌🌸💝🏫🗼🚲🆒✳️🔴🔷👙

bila DIA ingin membuka mataku

Kemarin aku membaca tulisan kontak baruku, aku jadi teringat di tahun 2005, ketika Anak Lanangku masih berumur 3 tahun.

Anak Lanangku sering mengeluh sakit perut. Sudah aku periksakan ke dokter anak langgananku, bukannya segera sembuh, melainkan sakit perutnya semakin menjadi-jadi. Akhirnya oleh dokter Agus Haryanto, dokter yang langganan melakukan pemisahan bayi kembar siam, disarankan diobservasi di Rumah Sakit. Dan dari hasil diagnosanya mengharuskan Anak Lanangku menjalani operasi di ususnya, karena ususnya mengalami kelainan sejak lahir.

Oleh Ibuku aku disarankan menempati kamar kelas “mbek” alias kelas bangsal. Pertimbangan Ibuku, di kelas bangsal kami berkumpul dengan beberapa “tetangga.”
Dengan banyak tetangga aku tidak akan kesepian, juga mudah untuk memberi dan meminta pertolongan. Toh walaupun kelas mbek, kamar bangsal hanya diisi 6 pasang anak didampingi ibu, berpendingin ruangan pula.

Ketika kami masuk, tetangga kami biasa-biasa saja. Kebanyakan mereka sakit muntaber atau DBD. Sampai pada waktunya aku harus mendampingi Anak Lanangku menginap di ICU pasca operasinya. Dan keesokan harinya ketika Anak Lanangku diijinkan kembali ke kamar mbek, aku menemukan kebesaran Allah untuk membukakan mataku.

Aku kaget, aku tertegun, aku tercengang, aku terpana oleh tetangga baru kami persis di sebelah kanan bed kami, tergolek seorang bayi yang tidak bisa dikatakan mungil, karena kepalanya yang sangat besar.
Ya, tetangga baru kami penderita hydrocephalus. Astaghfirullah haladziim.

Tapi si anak (sorry lupa namanya) mungkin “agak” lebih beruntung, karena sudah menjadi tanggungan salah satu dokter anastesi terkenal di Surabaya. Ibunya bilang rawat inap di RS tersebut sudah menjadi langganannya, dan semua biaya telah ditanggung oleh dokter anastesi yang baik hati tersebut.

Seketika itu aku merasa Gusti Allah telah membuka mataku.
Betapa aku merasa menjadi seorang ibu, single parent, yang paling malang di dunia dengan anak sekecil itu sudah harus menjalani operasi,kategori besar pula.
Gusti Allah juga membuka mataku, betapa si Ibu istri dokter yang baik hati itu selalu menyempatkan datang entah pagi-pagi sekali, siang, sore atau bahkan malam sekalipun disela-sela kesibukan beliau di organisasi IIDI. Kulihat betapa si Ibu istri dokter itu dengan telatennya menyuapi makanan kesukaan si anak, yang katanya ia masak sendiri, atau di lain waktu dengan rasa sayangnya menyempatkan diri untuk sekedar bergurau dan menyanyi yang memang kesukaan si anak.

Betapa aku merasa kecil.
Aku bukan apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan Ibu si anak.
Aku merasa bukan apa-apanya dibanding dengan kecintaan yang tulus dari si Ibu istri dokter anastesi tersebut.

Seketika itu aku merasa bahwa Allah ingin menjadikanku seorang ibu yang kuat dan ikhlas menjalani hidup yang telah digariskanNya.

Kini aku hanya bisa berdoa untuk tetangga bed kami. Semoga ia dan Ibunya mendapat kesembuhan serta kekuatan, begitu pula doaku untuk Ilham, semoga segera mendapatkan penanganan yang tepat dan segera mendapatkan kesembuhan. Aamiin

WISATA MUSEUM

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya”

Kalimat itulah yang sering aku baca dan dengar sejak kecil. Tak usah membicarakan bangsa kita yang semakin melupakan akan sejarahnya sendiri. Mudik dan liburan Idul Fitri yang lalu aku pergunakan untuk mengenalkan sedikit sejarah Indonesia kepada AnakLanangku. Dan tak disangka AnakLanangku begitu antusias.

Berawal dari ide Pakde nya untuk mengajak ke KidZania yang ditolak AnakLanangku. Alasannya sudah pernah dua kali kesana, pun sekarang sudah memasuki usia tanggung untuk masuk. Ketika aku usulkan mengunjungi Museum, tak terkira senangnya AnakLanangku.

Pagi itu diawali ke Museum Nasional, atau ketika aku kecil dulu aku mengenalnya dengan nama Museum Gajah. Tak bosan-bosannya AnakLanangku memperhatikan, membaca keterangan dan mengelus-elus beberapa arca.

Gambar

Museum Nasional yang dulu aku kenal bernama Museum Gajah

Gambar

Patung Ganesya yang berkali-kali dikatakan sebagai lambang ilmu pengetahuan

Dari semua yang aku lihat di Museum ini yang paling aku suka adalah fosil tengkorak dan patung Jatayu seperti di bawah ini.

Gambar

Tadinya aku hanya tertarik dengan giginya yang masih utuh dan lengkap. Ternyata tengkorak ini adalah tengkorak Sinanthropus Pekinensis. Berarti tengkorak orang Cina dwong, bukan tengkorak orang Indonesia asli, maksudku…..

Gambar

Patung Jatayu ini berada di area benda-benda yang terbuat dari emas. Kupikir keterangan yang berada di bawahnya menceritakan sejarah pembuatannya atau berapa kilogram emas yang dibutuhkan untuk membuat patung setinggi kira-kira satu meter itu. Ternyata hanya menerangkan keris ini adalah bla bla bla….laaah….mana kerisnya ? Ternyataa…..di tangan kanannya itu. Mana juga yang terbuat dari emas ha ha ha…

Belum puas rasanya kami menikmati Museum Nasional ini, tapi waktu terasa begitu singkat, padahal kami masih berencana mau mengunjungi Museum Fatalhillah.

Sesampainya di area Kota Tua. Alamaaak…..kami merasa kecewa. Bagaimana tidak, tadi kami di Museum Nasional bertemu dengan sesama pengunjung yang wangi dan banyak pula turis asing, yang setiap kami berpapasan saling menyapa dengan senyum atau saling mengangguk, serta berbicarapun hanya berbisik. Tidak satu pengunjungpun berani membuang sampah sembarangan. Sedangkan disini, di area Kota Tua, oh TIDAAAAK…..!!! Pengunjung tumplek bleg. Sepeda kuno sewaan berseliweran, penjaja kaki lima seenaknya menggelar dagangannya, sampah dimana-mana. SEDIH.

Tapi tekad kami sudah telanjur akan berwisata Museum ya sudahlah. Dan kami mengawali mengunjungi Museum Keramik yang berada di sisi kanan Museum Fatahillah. Apakah karena pengaruh pandangan pertama tentang Kota Tua atau memang kami bukan penyuka atau penikmat seni, maka berlalulah kami secepat yang kami bisa hanya sekedar, ooh…ini to Museum Keramik. Padahal di dalamnya ada beberapa lukisan karya pelukis terkenal. Kami melaluinya tanpa kesan 😦

Kalau saja mood ku bagus, gedung-gedung tersebut pasti menjadi obyek yang sangat bagus untuk difoto, walaupun hasilnya ga akan sebagus fotografer handal. Seperti kata si Mbak Pramusaji di kafe tempat kami makan siang. Bahwa bangunan Kafe ini adalah tertua kedua setelah Gedung Fatahillah. Tapi yang seperti aku tulis tadi, moodku sudah ambyar.

Setelah makan siang kami bertekad untuk memasuki Museum Fatahillah, dan kali ini kami harus mengalah dengan keadaan. Aku nggak kuat bok lihat gelombang manusia yang semrawut keluar masuk museum, belum lagi aroma minyak wangi murahan bercampur keringat, serta sampah berserakan….

Kami putuskan untuk masuk di Museum Wayang yang terletak di kiri Museum Fatahillah. Di Museum ini kami lumayan menikmatinya. Disamping pengunjung yang relatif tidak terlalu ramai, juga wayang-wayangnya memang menarik untuk disimak. Serta di akhir Museum AnakLanangku memborong cinderamata untuk teman-teman dan guru pianonya.

Gambar

Prasasti di tembok taman penghubung bangunan depan dengan bangunan utama. Hmmm…atinya apa ya ?!

Gambar

Wayang kulit Rahwana yang berukuran besar dan berwarna merah yang terasa menyolok diantara wayang lainnya.

Gambar

Kumpulan wayang yang diberi judul Dawud Mendapat Wahyu Keraton. Dari sinilah baru aku sadar bahwa Wayang dari dahulu kala dipakai sebagai propaganda terselubung, bukan saja pada masa Hindu, Budha maupun oleh Sunan Kalijaga yang menyebarkan agama Islam, tetapi juga agama Kristen.

Ingin rasanya kami menikmati Kota Tua sampai fajar tenggelam, tapi apa daya kaki kami serasa tak mampu menopang badan kami, akhirnya hampir petang kami pulang ke rumah dengan sejuta kenangan indah dan menjengkelkan.

DARI RUMAHKU

Apa enaknya rumah di pinggir jalan besar ?

Kok Betah sih tinggal di rumah yang lingkungannya bising ?

Hmm…enaknya rumahmu dibikin restoran aja.

Rumah adalah sebagai tempat untuk menikmati kehidupan yang nyaman, tempat untuk beristirahat dan tempat berkumpulnya keluarga. Rumah bisa juga dipakai untuk menunjukkan tingkat sosial seseorang dalam masyarakat.

Rumahku terketak di pinggir jalan raya, tepat di jantung kota Surabaya. Bertetangga dengan rumah dinas Walikota Surabaya. di seberang jalan. Bertetangga dengan rumah dinas Wakil Walikota Surabaya, di sebelah kiri rumahku. Sebelah kanan rumahku adalah kantor BPR milik Pemkot Surabaya. Serta Balai Kota Surabaya dan Taman Kota, Taman Surya.

Itulah mengapa aku sering menuai beberapa komentar dari berbagai macam orang tentang rumahku. Dari yang bernada miring, bernada terpesona, sampai yang berorientasi bisnis.

Rumah ini adalah idaman Ibuku, yang ketika itu beliau menginginkan dimasa tuanya  mempunyai rumah besar di tengah kota. Tapi sayang, dari sejak dibeli Bapakku 26 tahun silam sampai sekarang sekalipun Bapak Ibuku tidak merasakan tinggal di rumah ini selayaknya rumah tinggal. Yang terjadi adalah Bapak lebih memilih tinggal di Jakarta, daripada tinggal di rumah ini. Dan kakak laki-lakiku satu-satunya juga memilih Jakarta untuk mengembangkan karirnya. Walaupun Bapak Ibuku tidak pernah tinggal disini, Bapakku pantang untuk menjualnya. Sesuai dengan tulisanku di atas, rumah ini adalah simbol status sosial Bapakku. Jadilah rumah ini sebagai rumah peristirahatan bila Bapak Ibuku ingin bertemu aku dan Anak Lanangku serta sanak saudara yang tinggal di Surabaya. Dan statusku disini adalah sebagai penunggu rumah. Hahaha…kesannya angker ya ?

Emang iya….Dulu, ketika Anak Lanangku belum lahir, aku sering berbeda pendapat dengan Bapak Ibuku. Aku merasa sendiri (dalam arti kata sesungguhnya) di keramaian. Aku merasa tidak mempunyai teman. Aku merasa orang minder berteman denganku. Kalapun ada  yang mau berteman denganku pasti mempunyai maksud tertentu. Pokoknya aku tidak bangga sama sekali tinggal di rumah ini. Sampai-sampai aku pernah minggat ke Amerika, yang pernah aku tulis disini, hanya untuk melepaskan diri dari penjara rumah gengsi Bapakku ini.

Setelah ada kata sepakat dengan Bapak Ibuku, maka baliklah aku ke rumah ini, dan dua tahun kemudian lahirlah Anak Lanangku. 

Seiring berjalannya waktu, Anak Lanangku beranjak besar, sudah kelas 5 SD sekarang. Sebentar lagi kelas 6 lalu SMP. Jalan pikirankupun sudah berubah. 

Sekolah Anak Lanangku, SD Negeri Ketabang, adalah sekolah unggulan di Surabaya hanya delapan menit berangkat pulang dengan mobil. SMP Negeri I, sekolah tempatku dulu menimba ilmu adalah sekolah favorit yang paling prestis di Jawa timur hanya berjarak sepuluh menit berjalan kaki dan di seberang SMP Negeri I ada SMA Kompleks yang tidak kalah melegenda. Disana ada SMA Negeri I, SMA Negeri II, tempat aku bersekolah dulu, adalah sekolah pencetak beberapa orang penting di Negeri ini. Sebut saja Try Soetrisno, Satya Arinanto, seorang Profesor yang sekarang menjadi staf ahli Boediono adalah teman seangkatanku. Dan para pesohor di Indonesia, seperti Dewa Budjana,  Ita Purnamasari, semua personil Dewa 19, Maia Estianty, Astrid dll yang tidak bisa aku ingat semua. Lalu SMA Negeri V, adalah sekolah pencetak para profesor di negeri ini serta SMA Negeri IX.

Sedangkan Mall Plasa Surabaya bisa ditempuh lima menit berjalan kaki  menyeberang Kali Surabaya, di belakang rumahku. Ada lagi Mall baru milik Ibu Sri Hartati Murdaya, yaitu Grand City bisa ditempuh lima menit berjalan kaki. Pendek kata aku mau apa saja, mau makan dari kelas emperan sampai restoran besar. Dari Hotel kelas melati hingga Hotel berbintang lima berlian. Dari hiburan gratis berupa taman kota yang sekarang banyak dibangun oleh Walikota. hingga karaoke. Ada pasar tradisional induk dan pasar besar, semua dekat dengan rumahku. 

Jadi, apa yang aku inginkan lagi ?

Kini aku hanya bisa bersyukur dan menikmati karunia Allah yang diberikan kepadaku melalui Bapak Ibuku.

Dari rumahku aku bisa menjalankan usaha kecil-kecilan tanpa meninggalkan kewajiban sebagai orang tua tunggal bagi Anak Lanangku. Dari rumahku aku bisa melambaikan tangan kepada Pak Wakil Walikota yang sedang jogging pagi. Dari rumahku aku bisa mengangguk hormat kepada Ibu Walikota, atau bisa juga memotret beliau memberi instruksi kepada stafnya ketika suatu ketika pohon di depan rumah kediaman tumbang, padahal baru beberapa hari ditanam oleh Dinas Pertamanan.

Gambar

Dari rumahku aku bisa menikmati dipenjara karena jalanan di sterilkan untuk acara kenegaraan di rumah kediaman Walikota, Untuk Parade Hari Kemerdekaan, Untuk lomba balap sepeda setingkat dunia, Tour de East Java. Atau ketika jalan diblokir oleh para demonstran, bahkan sampai malam hari pukul 10 malam.

Gambar

Dari rumahku pula aku bisa menikmati boy band Sm*sh yang sedang gladi bersih untuk ulang tahun kota Surabaya yang ke 720 tahun tanggal 31 Mei lalu.

Gambar

Tentu saja aku hanya berani nonton mereka pada saat gladi bersih. Lha kalau show benerannya mana berani uyel-uyelan kayak begini ?

Gambar

IIh…mending nonton di layar tancap atau di RCTI aja aah…

BIRTHDAY CARD

Aku pengen upload foto ini ketika mau post Mayday, masalahnya foto ini mega pixelnya terlalu besar atau memang rekayasa IT sehingga tidak bisa aku save baik di PC maupun di iPad. Setelah aku minta tolong diedit barulah bisa aku upload disini. Senangnya dapat birthday card kayak gini. Jarang kan yang punya….iya nggak ya nggak….. Uhuuy…….

MAYDAY

Duluuu ketika aku masih Abg setiap kali ada yang bertanya kapan hari lahirku, selalu kujawab Hari Buruh Internasional.

Tapi entah mengapa jawabanku selalu membuat orang bingung dan mengernyitkan dahinya, yang aku heran juga mengapa tidak ada kelanjutan lagi pertanyaannya, misalnya kapan atau apa itu Hari Buruh Internasional.

Ketika aku sudah dewasa jawaban itu masih aku pakai setiap kali ada yang bertanya kapan ulang tahunku. Dan jawaban itu pula yang masih membuatku heran mengapa Hari Buruh Internasional tidak kita kenal, dan ketika itu aku jadi berpikir jangan-jangan tanggal tersebut hanya diperingati oleh negara-negara Komunis. Hadeewh…..bisa-bisa tanda PKI terukir indah di dahiku. Astaghfirullah…amit-amit dweh ! Sejak itulah aku buru-buru menjawab satu Mei atau kalau yang bertanya mengetahui nama panjangku akan aku suruh mencari tanggal lahirku dibalik nama panjangku.

Beberapa tahun belakangan seiring dengan era Reformasi dan Indonesia sudah mengenal Demokrasi masyarakat kita sudah semakin kritis dan “mengenal” arti Demokrasi, Hari Buruh pun sudah termasuk dalam agenda demokrasi

Lihat saja dimana-mana orang dengan lantang meneriakkan Hak Azasi Sampai-sampai perlu dibentuk Komisi Nasional Hak Azasi Manusia atau lebih kerennya disingkat Komnas HAM untuk melindungi orang-orang yang (merasa) Hak nya terancam.

Seingatku ketika aku masih sekolah, dan bahkan ketika menemani AnakLanangku belajar IPS selalu ditekankan kita harus melakukan Kewajiban dulu baru mendapatkan Hak nya.

Tapi apa yang terjadi sekarang ?
Disaat naik angkutan umum ada yang seenaknya menyalakan rokok dan ketika ditegur jawabanya “Ini HAK saya.”
Ooh…bapak yang terhormat, tahukah anda bahwa merokok adalah hak anda, tapi asapnya merampas hak saya…….
Atau dijalan sering kita jumpai banyak pengendara sepeda motor melanggar lampu merah.

Inikah produk modernisasi ? Inikah produk demokrasi ? Apakah modernisasi ditandai dengan gaya semau gue seenak udel ugal-ugalan ? Belum lagi berita di media massa dimana banyak aparat dari yang kelas teri sampai kelas paus dengan tanpa rasa bersalah melakukan korupsi ?
Aku tidak tahu. Yang aku tahu sekarang setiap tanggal 1 Mei sudah banyak yang menyalami aku dan mengatakan ulang tahunmu dirayakan dengan demo buruh.

Ooh Indonesiaku……Mayday…mayday !

*uups…..Indonesia belum akan hancur bukan*
*menghela napas panjang*

HARI BUMI SEDUNIA

Happy Earth Day

Bermula dari seorang temanHungaria ku yang tinggal di Lombok mempost foto bergambar sekelompok ikan di laut bertuliskan Happy Erath Day di Facebook. Aku jadi bertanya-tanya dalam hati hari apa lagi ini. Oalaa….ternyata aku melewatkan newsletter dari WWF yang sudah membahas tentang Hari Bumi Sedunia ini, padahal aku suporternya sejak lama lho…

Menurut Wikipedia Hari Bumi Sedunia dicanangkan pertamakali oleh Senator Amerika Serikat bernama Gaylord Nelson pada tanggal 22 April 1970. Dimana ketika itu dia memperhatikan betapa semakin kotor dan cemarnya bumi kita ini.

Ide Hari Bumi, dia cetuskan pertamakali pada saat pidatonya di Seatlle tahun 1969 tentang desakan untuk memasukkan isu-isu kontroversial seputar bumi ini dimana saat itu adalah bertepatan dengan musim semi di belahan Bumi Utara dan musim gugur di belahan Bumi Selatan. Dan sejak itu tanggal 22 April ditetapkan sebagai Hari Bumi Sedunia.

Di Indonesia Hari Bumi Sedunia tidak terlalu populer seperti Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni, wajar kalau banyak masyarakat kita yang tidak tahu, termasuk aku. Aku yakin kalau kita membicarakan topik ini pasti kita akan dicap sebagai sok peduli. Tapi bagi segolongan pecinta lingkungan, Hari Bumi Sedunia adalah momen untuk menunjukkan kecintaan mereka terhadap lingkungan hidup, seperti Denes Halmos, teman Hungaria ku itu.

Bukan omong kosong dan sekedar slogan kalau sebaiknya kita mencintai bumi kita. Dan juga bukan omong kosong kalau aku sudah memulainya sejak dahulu.
Aku akan mati-matian melarang siapa saja yang menumpang mobilku untuk membuang sampah keluar jendela. Biar saja di dalam mobilku berserakan sampah, toh nanti mobil dibersihkan dan sampah bisa dibuang di rumah.
Atau diwaktu lain aku pernah menegur tetangga sebelah rumahku yang menebang pohon Bungur di halaman rumah mereka. Masya Allah, tidakkah kalian tahu bahwa pohon Bungur adalah jenis pohon yang mulai langka di bumi kita ?
Atau aku pernah menggedor jendela mobil seorang ibu dari teman Anaklanangku yang menunggu anak kami les piano. Dengan santainya dia memarkir mobil membelakangi ruang tunggu dan tanpa mematikan mesin mobil dia menikmati pendingin di dalam mobilnya. Laah….enak aja dia yang sejuk di dalam mobil, sedangkan kami yang menghirup asap mobilnya.

Atau hari Sabtu yang lalu ketika Anaklanangku mengikuti outbond di Batu. Malang. Aku sempat diledek oleh ibu-ibu gara-gara aku memunguti sampah yang mereka buang sembarangan. Biarin, toh akhirnya satu dua ibu mengikuti langkahku untuk membuang sampah ke tong sampah. Dan aku tidak peduli tindakan itu cuma sungkan kepadaku atau memang dikerjakan dari hatinya.

Jadi ingat mbak Sri, seorang kenalanku.
Si Mbak ini pernah menyalip mobil mewah di depan mobilnya serta menghentikannya. Si pengemudi hanya melongo tanpa kata melihat wanita cantik dan seksi berrok mini mendamprat habis karena membuang tissue dari mobilnya.

 

W E W !

image

Aku masih disini. Di WordPress

Siang ini aku pengen upload video Anaklanangku main piano, tidak kutemukan sarananya. Kepengen upload foto yang uploadnya nggak satu satu, tidak ada sarananya. Baru tadi kutemukan Quick Post, tapi kok menyatu dengan blog.
Manaaa ?
Mengapa ?
Bagaimana ?
Di Multiply aku bisa upload video apa saja sesuka hatiku. Di multiply aku bisa upload foto dengan sekali klik wuuzz…foto sudah berjajar rapi, tinggal dikasih caption. Di Multiply aku bisa menulis preview buku atau recommendated place, lengkap dengan bintang-bintang untuk rating. Di Multiply ada ruang about me. Yang suka musik di Multiply dibuatin playlist.
Di Multiply ada ruang foto, ruang video, ruang preview, ruang quick post, ruang tetangga (kontak atau bukan) bisa sekedar say hello. Ruang-ruang yang semua itu tidak menyatu dengan blog
Disini mana ?
Manaa ?
Bagaimana cara jalan-jalan ngintip blog tetangga yang bukan kontak ?
Gaptekkah aku ?
Atau aku lagi koplak ?
Hadoowh aku kangen Multiply !
*Balada si gaptek belajar familiar dengan WordPress*