HARAPAN

IMG_20181218_151112

Namanya Sihabuddin Laisbuke.
Pemuda 22 tahun ini berasal dari Amanuban Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Nusa Tenggara Timur
Kami memanggilnya sesuka kami, kadang Sihab, kadang Buddin, Udin, bahkan Kaka Nyong.

Diantara mayoritas masyarakat Indonesia Timur yang beragama Kristen, keluarga Sihabuddin adalah sebagian kecil yang beragama Islam.
Perbedaan keyakinan membuat semakin saling menghormati dan saling mengasihi diantara mereka

Terlahir dari Ayah yang seorang guru SD dan Ibu sebagai ibu rumah tangga biasa yang waktu luangnya dipergunakan untuk menenun.

Masa kecil Sihabuddin dilalui sebagaimana layaknya anak di desanya.
Tetapi Ayahnya ingin ia sebagai anak tertua dari 6 bersaudara mengenyam pendidikan tinggi agar dapat mengangkat kehidupan keluarga.

Lulus SD di Amanuban, Sihabuddin remaja melanjutkan sekolah di MTs dan MTA Mulkuro Bogor.
Lulus dari MTA dengan nilai lumayan bagus, Sihabuddin meneruskan kuliah di Universitas Juanda, Bogor jurusan Tarbiyah.

Sayang, hanya setengah semester ia mengenyam pendidikan disana. Karena keadaan mengharuskannya pindah ke Universitas Ibnu Kholdun Bogor yang menurutnya biayanya lebih ringan dibandingkan dengan Universitas Juanda.
Tetapi sayang, di Universitas Ibnu Kholdun pun hanya bertahan setengah semester.

Tahun 2016 pulanglah si Kaka Nyong ke kampung halaman, karena si Ayah tidak mampu lagi membiayai sekolahnya.

Ketika tahun lalu, Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan kabupaten TTS mengadakan pelatihan membatik, dengan antusias kaka nyong Sihabuddin mendaftar demi ingin membantu kehidupan keluarganya.

Ingin Kaka Nyong membantu ekonomi keluarga dengan menenun seberti Ibunya, tapi apa daya alat tenun hanya satu untuk dipakai ibunya.
Dan ketika ia dikirim ke kota Soe apa salahnya ia belajar membatik. Walaupun secara tingkat kerumitannya tenun lebih rumit dari pada batik, ia berharap bisa menghasilkan sesuatu untuk keluarga dan daerahnya.

Selama pelatihan, pemuda pendiam ini sangat rajin mengikuti setiap pelajaran yang kami ajarkan. Dan sering pula tak segan-segan membantu ibu-ibu peserta lain.

Dari sekedar membantu ternyata membuat Sihabuddin menjadi mahir dalam mempraktekkan membatik. Terutama batik cap. Dan hasil karyanya pun rapi bak pembatik profesional.

Setahun telah berlalu, apa kabar mereka semua ?
Sudahkah mereka mempraktekkan dan memasarkan batik TTS ?

Yang terhormat bapak Viktor Bungtilu Laiskodat bapak Marius Jelamu, bapak Paulher kaka nyong Erwin Haekase, tidakkah sia-sia mereka sudah belajar dan semangat ternyata tidak berkelanjutan ?

Apa salahnya jika kabupaten TTS mempunyai batik sendiri, bukankah akan mensejahterakan Sihabuddin Sihabuddin lainnya ?

Sangat disayangkan pelatihan yang sudah mereka dapat lalu hilang ditelan ombak pantai Kolbano…
Ingin rasanya suatu ketika saya menjumpai batik TTS dipakai di Jawa, bahkan di Indonesia dan memperkaya khasanah perbatikan Indonesia.

Salam sayang dari kami di Jawa.
Uis neno nokan kit
Tuhan Memberkati Kita semua.
Amin

JIMAT, KACA MATA dan MITOS

Apa yang kalian pikirkan kalau mendengar Jimat ?
Beberapa waktu yang lalu, ada kenalan ngasih “sesuatu” yang katanya bisa bla bla bla. Antara iya dan tidak kuterima aja sesuatu itu dengan perasaan ngeri ngeri sedap.

Lama lama sih hati ini banyak menolaknya daripada enjoynya. Pengen mbuang kesembarang tempat kok ada cuplikan ayat Al Quran nya. Akhirnya dikuat-kuatinlah dengan keyakinan suatu saat akan kubuang di laut.

Tidak kusia-siakan ketika ada kesempatan ke Fatu Un, NTT. Yes ! Laut Timor !

Entah saking excited menikmati keindahaan pantai, entah kaki ini kesleo karena menginjak batu-batu yang warna warni, dan terjadilah kecelakaan itu.
Kaca mata ku hilang 😄

dyahikameilani

Padahal diusia yang seksi, sèket siji luwih loro mata ini serasa buta kalau tanpa kaca mata.
Aah….sudahlah. Toh besok bisa beli di kota SoE.

Belakangan aku dengar mitos bahwa di sepanjang pantai bagian selatan pulau Timor, ora ilok, pamali bila pengunjung memakai baju atau atribut lain yang berwarna merah.

Omaigot ! Untung cuma kaca mataku yang ditelan ombak. Lha kalau aku yang kintir piye jaal….hadeewh….
Percaya ga percaya mitos itu, yang kupercaya hanya pada suatu ketika, insya Allah aku akan kembali lagi ke Fatu Un, ke kota SoE.
Secuil cerita rindu yang tertinggal di kota SoE

Bila Kecebong Bertemu Idolanya

Ada yang bilang benci dan cinta itu bedanya sangat tipis. Orang membenci karena cinta yang tak sampai. Beberapa hari lalu sudah hampir aja putus asa gegara aku terlambat daftar untuk ikut Peluncuran PPh Final UMKM 0,5%. Eeh…detik terakhir dikabari bahwa aku lolos seleksi dan besok pagi agar mengambil undangan di panitia. Saking senengnya semalaman ga […]

Ngopi Bareng Denny Siregar

​

Pelajaran yg kuterima malam ini ketika betemu dg Denny Siregar adalah, Jangan pernah menilai apapun dari bungkusnya.

Aku antusias sekali ketika RCI, Rumah Cinta Indonesia mengadakan ngobrol santai bareng bersama DS.

Yang ingin kuketahui adalah seperti apa sih seorang DS itu. Dan ternyata DS memang good looking. Psst…boleh dong aku bilang begitu. Secara aku kan emak-emak yang masih normal melihat brondong ganteng. Emang asyik ngobrol dengan dia. Walaupun seperti biasa aku lebih banyak sebagai pendengar.

Ada hal yang paling ingin aku tanyakan kepadanya adalah, mengapa seorang DS mempunyai label Syiah. Yes. Itulah jawaban yang paling aku tunggu. Aku nggak mau nulis tentang politik, disinilah aku jadi tahu melalui penjabaran dengan latar belakang sejarah yang sangat panjang ternyata Syiah itu tidak sehoror yang terdengar selama ini lho….
Selama kami ngobrol, yang kuketahui bahwa dua kali DS memosting tulisan-tulisannya di Facebook. Pelajaran pertama yang kuterima adalah. Dimanapun tempat, sebagai penulis apapun topik yg terlihat dan terdengar dapat ia pakai sebagai bahan tulisan.
Karena aku duduk berseberangan dengan DS maka gerak geriknya selalu aku amati. Bahwa dua kali DS memesan es teh. Beda banget dengan dihampir semua tulisannya yang diakhiri dengan “Seruput kopinya”. Pelajaran kedua yang kuperoleh adalah, banyak yang bisa dipakai sebagai kiasan penyampain suatu pesan dalam segala hal. Dalam hal ini DS menganalogikan kopi untuk menyindir kelompok tertentu. Kembali lagi aku nggak mau membahasnya. Inilah pelajaran kedua.

Dan ternyata tanpa aku sadari, akulah yang nyeruput kopi itu.
Yuuk mari seruput dulu kopinya….

Sepatu

Akhirnya anak lanangku diterima dan bersekolah di SMAN 9 Surabaya.

Kecewa ? Iya sedikit kecewa sih, wong kepengennyadi SMAN 2 kok. Tapi ya sudah lah semua sudah digariskan begitu. Aku sebagai ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anak lanangku. Untungnya sih anak lanangku sudah senang di sekolahnya.

Masalahnya sekarang di sepatu.

Kaki anakku besar….hihihi….iya besar…Dengan umur yang baru 15 tahun dan tinggi badan hampir 180 cm kaki anak lanangku juga ikutan memanjang dan hampir tidak umum untuk ukuran orang Indonesia pada umumnya, yaitu 45.

Ketika baru lulus dari SMP aku langsung membelikan sepatu, kupikir dari pada mendekati masuk sekolah nanti ribet harus beli ini itu untuk ospek maka setelah pulang les piano aku ke Tunjungan Plasa. Alhamdulillah nomer 45 tersedia.

Eeh lhadalah ketika pendaftaran ulang ternyata siswa siswi diwajibkan memakai sepatu klothak, alias sepatu pantofel. Berangkatlah kami mencari sepatu pantofel. Alhamdulillah nemu di Plasa Surabaya.

Ternyata masalah belum selesai juga.

Sepatunya walaupun benar pantofel ternyata harus ber “hak” bukan wedges. Dan setelah keliling Surabaya akhirnya kami mendapatkan di toko Bata. Dan itupun dengan catatan nomor 10 nomor yang paling mentok.

Astaghfirullah….

Tapi dasar jiwa ukm, ternyata aku bertemu dengan tukang sepatu di Tanggulangin.

Dia berjanji mau membuatkan model yang bagaimanapun, asal anak lanangku diukur kakinya dulu baru dibuatkan sepatunya. Alhamdulillah masalah tidak menjadi masalah.

Jawaban Terbuka Untuk Yang Terhormat Bapak Suwarsana M Pd Kepala SD Mutiara Persada Bantul

​Terima kasih Bapak telah memberikan Surat Cinta yang menjadi viral itu kepada kami, para orang tua murid.

Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah, apakah murid-murid di sekolah Anda menerima pelajaran sesuai dengan minat mereka ? 

Apakah anak-anak didik Anda mendapatkan mata pelajaran Seni tanpa harus menerima pelajaran Matematika ?

Apakah anak-anak didik Anda mendapatkan mata pelajaran bisnis untuk menjadi pengusaha, tanpa perlu susah-susah belajar Sejarah dan Sastra ?

Lalu dimanakah kelak lulusan SD Mutiara Persada meneruskan SMP mereka ?

Baiklah, mungkin Mutiara Persada mempunyai SD, SMP sampai SMA yang lengkap sehingga tidak perlu lulusannya keluar dari lingkungan sekolah Mutiara Persada.

Tetapi bagaimana seandainya lulusan SD Mutiara Persada ingin meneruskan sekolah di SMP negeri unggulan bergengsi di Bantul. Dapatkah mereka bersaing dengan SD lain yang mengharuskan anak didiknya pandai pada pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan IPA ?

Yang terhormat Bapak Kepala SD Mutiara Pesada Bantul, jangan bohongi kami para orang tua dengan kalimat bijakmu.

Kami hanya inginkan anak-anak kami besekolah secara layak di sekolah unggulan di kota kami.

Adakah anak-anak kami punya pilihan untuk tidak menyukai Matematika ? 

Adakah anak-anak kami boleh tidak menyukai Fisika ?

Adakah anak-anak kami boleh tidak memilih mata pelajaran Agama ?

TIDAK !

Mau tidak mau, suka tidak suka, minat tidak minat anak-anak kami harus menelan bulat- bulat semua mata pelajaran yang sudah menjadi kurikulum nasional di sekolah dan harus menghasilkan nilai tertinggi supaya dapat diterima di sekolah lanjutan unggulan !

Jadi, berhentilah bangga pada diri sendiri karena Anda merasa telah memberi motivasi kepada kami, para orang tua.

Berhentilah berbohong kepada anak-anak kami, bahwa nilai ujian adalah tidak penting.

Lalu katakan kepada kami, dimana anak-anak kami akan meneruskan sekolah jika mendapatkan nilai Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA yang tidak sesuai dengan Sekolah lanjutan unggulan di kota kami ?

Dapatkah Anda membayangkan perasaan anak-anak kami bila tidak diterima di sekolah unggulan hanya karena nilai tidak penting

Semoga Bapak membaca surat terbuka ini dan saya akan sangat berterima kasih bila Bapak dapat memberikan solusi yang menjadi keresahan kami para orang tua.

Terima kasih.

Dari saya, seorang ibu dari Anak Lanang yang baru lulus SMP dan sedang menanti pendaftaran SMA di Surabaya.

Kuciwah

Lama nggak ngeblog karena kesibukan jadi tukang ojek untuk Anak Lanangku yang beranjak remaja yang banyak kegiatannya. Dan juga pekerjaan baruku sebagai bakul batik yang mengharuskan aku untuk lebih sering ke luar Jawa.

Tapi yang lebih malas lagi untuk menulis ternyata hal yang sepele. email ku banyak masuk minta moderasi bagi balasan tulisanku yang lalu tentang Kartu Telepon.

Maunya sih cuma sekedar cerita, atau lebih tepatnya mau pamer tentang koleksi kartu teleponku. Eeh…isinya ada yang nawarin kartu teleponnya, ada yang tanya apakah ada kartu teleponku yang mau kujual sampai ada yang nawarin untuk barter. Hadeewh…

Buat sodara-sodara yang budiman yang kebetulan membaca blog ku ini, diberitahukan bahwa koleksi kartu teleponku tidak dijual. Kartu-kartu itu hanya untuk koleksi. Semua kartu mempunyai ceritanya sendiri, jadi nggak mungkin aku jual.

Salam satu bintang dari Surabaya !

FALSAFAH JAWA dalam KEHIDUPANKU

Wolak walik ing jaman, atau jaman yang terbalik. Itulah yang terjadi pada teman kuliahku, Wenny.

Setelah sekian lama kami terpisah oleh waktu, kami dipertemukan kembali melaluli sosial media Facebook.
Namanya juga teman lama kami sering bertukar cerita melalui Facebook.
Alih-alih sering kami mengunjungi timeline masing-masing semakin tahulah kepribadian kami.

Sejak sepeninggal suaminya, yang juga teman seangkatanku. Aku mengira Wenny beberapa langkah di depanku yang membuatku berdecak kagum.
Berpenampilan muslimah, lengkap dengan kalimat santun membuat aku mengacunginya empat jempol ( termasuk dua jempol kakiku lho ).

Setelah aku amati, laah….kok lebay amat.
Setiap hari menyapa para kontaknya, setiap hari memposting kata-kata mutiara lengkap dengan gambar bunga, gambar wanita muslimah dan kalimat-kalimat Allah. Hadeewh….lebay !
Mungkin dengan berbagai komentar memuji, entah tulus atau asal Wenny senang, membuat Wenny semakin bersemangat untuk memposting kalimat lebay….

Berbanding terbalik dengan aku yang tegas nggak suka basa basi. Kami sering beradu argumentasi tentang postingnya. Jangankan berkomentar memuji seperti kontak yang lain. Aku selalu menyanggahnya, aku berpendapat bahwa mengartikan sesuatu, apalagi ayat-ayat suci, tidak bisa secara harafiah. Kita tidak bisa mengartikannya secara sempit. Padahal seingatku kalimatku ga keras-keras amat lho, ‘iyo ngono ning ojo ngono’, kita semua tahu begitu, tapi nggak usah begitu amat kalee.”

Itulah mungkin yang membuat kami merasa semakin renggang.
Lama postingnya tidak ada di notifikasiku membuat aku penasaran untuk membuka timeline nya. Oalaa….lhadalah….ternyata oh ternyata aku di delete sebagai kontaknya to…

Sebelum aku sadar telah di delete aku sering melihatnya memposting bahwa Wenny sudah menemukan pasangan baru pengganti almarhum suaminya.
Iri. Tentu saja aku sempat iri pada temanku ini. Betapa perjalanan hidupnya yang begitu indah. Janda dengan tiga orang anak, telah menemukan pasangan hidup dengan mulusnya. Mungkin kegemarannya memposting kata-kata mutiara itu kali yang memudahkan ia cepat mendapatkan jodohnya.
Terakhir aku tahu rumah peninggalan almarhum suaminya yang di Surabaya diiklankan di timeline nya untuk dijual demi dapat berkumpul dengan Sampoerno, lelaki idaman hatinya.

Sebulan lalu, teman kuliahku yang lain mengabarkan berita buruk, sekaligus bahagia, bagiku.
Singkat cerita Wenny sekarang dipasung oleh anak-anaknya, karena hilang ingatan akibat dibohongi habis-habisan oleh si Sampoerno.

Sedih, kenapa akhir kisahnya bisa begitu…
Gembira, ternyata keindahan seseorang tidak bisa diukur dari paras cantiknya atau penampilan luarnya.
Ternyata dengan ketegasan dan keyakinanku akan falsafah Jawa nrimo ing pandum menjadikan aku yang tetap seperti ini. Ora neko-neko

NGOMONGIN ORANG

Ting ! Notification gmail ku berbunyi, tanda ada e-mail masuk. Secepat kilat kubuka, karena beberapa hari ini memang aku sedang menunggu e-mail dari seseorang. Eeh…lhadalah dari Youtube.

Pergantian tahun sudah kita lewati beberapa hari, itu berarti perhelatan akbar negeri ini yang bernama Pemilihan Umum akan semakin dekat.
Sejak beberapa bulan lalu kita dibuat tersenyum, tertawa, cemberut, dongkol bahkan mengurut dada melihat tingkah polah beberapa manusia yang berambisi untuk menduduki kedudukan teratas demi keserakan diri atas nama Rakyat Indonesia.

Pada Pemilihan Umum yang lalu kakak kelasku ketika kuliah wajahnya malang melintang di persimpangan jalan dan di tempat-tempat strategis lainnya. Mungkin karena back up nya besar sehingga tidak pernah kulihat wajahnya nangkring asal-asalan di pohon. Aku pikir memang cocoklah dia sekarang menduduki jabatan yang baik sebagai wakil rakyat karena memang dari kuliah dia sudah suka berorganisasi dan berpolitik. Kudengar pula temanku yang bernaung di bawah Partai Politik terbesar di era Orde Baru ini amanah dalam mengemban tugasnya, walaupun dia bukan beragama Islam.

Lain kakak kelas kuliahku, lain pula kolegaku.
Bernaung di bawah partai gurem yang aku tahu Partai ini sudah tidak eksis lagi sekarang. Kolegaku ini adalah orang biasa. Maksudku dia adalah pengusaha Biro Perjalanan Haji Plus yang sama sekali tidak pernah bersinggungan dengan politik.
Giat berkampanye di pelosok kota sehingga pekerjaan utama terbengkalai. Akhirnya dalam Pemilu yang lalu (tentu saja) kalah alias nggak ada yang milih dia. Alhasil, setoran Haji para jamaahnya entah kemana, termasuk setoran jamaah Hajiku raib. Innalillahi wa innaillaihi roji’uun.

Lain kolegaku lain pula teman-temanku.
Bernaung di bawah partai politik yang sama dengan Angel Lelga, temanku ini sehari-harinya tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, yang aku tahu dia hanya TERNAK TERI alias nganTER aNAK nganTER Istri. Jangankan punya rencana politiknya bila dia dipilih, wong bicara politik aja aku nggak pernah dengar. Yaa…mungkin modal sering memberi masukan bagi teman-teman yang lagi galau itu kalee sehingga dia berani nyaleg. Nomor urut 1 lho. Hadeewh !

Temanku yang lain, adalah teman dekat temanku yang nyaleg nomor urut 1 tadi sepertinya nggak mau kalah sama teman dekatnya. Si Ibu ini memang cekatan dalam bekerja. Yang aku tahu tanpa lelah nyupir sendiri ke luar kota-kota di Jawa Timur, wuuuzzz….bahkan sampai ke Jawa Barat, untuk….mencari wangsit. Laaah….la iya wong temanku yang satu ini profesinya juga sebagai paranormal kok. Entah nomor urut berapa di Parpol yang sama dengan Angel Lelga ini. Haiyyah…!

Di suatu pagi ketika aku ngantar sekolah Anak Lanangku, aku melihat angkot di depanku. Aku sih sudah biasa melihat kaca belakang angkot yang sering dipakai kampanye para caleg jaman sekarang. Tapi….tapi….yang ini siapa yaa…?! Ketika aku membaca namanya seketika itu aku menjerit,” Maas….itu teman ibu jaman kuliah duluu !”
Melongo aku dibuatnya. Sumpah !
Dulu ketika kami kuliah, temanku ini nggak terlalu disukai teman-teman lainnya. La wong cowok kok banyak omongnya, omdo alias omong doang pula. Wadouw….Parpol yang sama dengan Angel Lelga !

Suatu ketika aku habis makan malam bersama Anak Lanangku di Mall. Ketika kami menuju lapangan parkir kami melewati baliho yang dipasang di bawah pohon, sendirian dan gelap pula. Padahal aku sering lihat baliho ini. Tapi entah kenapa kali ini aku tertarik meneliti wajah si caleg yang ada disitu, memakai sorban putih dan baju serba putih dengan jenggot yang panjang menjuntai ( kalau Pepi pasti sudah dikepang kali ye. Hiiy… ) daan yang bikin aku hampir menjerit, foto yang ada di hadapanku adalah temanku ketika kami SMA. Haaah…..?! Bukannya ketika kami sekelas selama setahun dia irit ngomong alias super duper pendiam ? Temanku ini….di bawah Parpol yang sama dengan Angel Lelga pula ! Walah !

Aku jadi heran dengan Parpol yang satu ini, sebetulnya ada apa dengan Partai Politik ini ?!

Kali ini aku mau cerita tentang orang yang aku nggak kenal sama sekali yang di bawah Parpolnya Presiden kita. Tapi…tapi…itu wajah ada di mana-mana. Di rumahnya yang megah dan mewah bertingkat yang dekat dengan rumahku. Di rumah yang strategis dipojokan dekat SMP favorit se Jawa Timur itu membentang baliho dengan wajahnya yang bulat bundar dengan senyum kemenangan dengan keyakinan nomor urut 4, yang pasti menjadi anggota legislative Pusat !
Yang bikin aku geleng kepala bahwa si wajah yang ada di baliho itu adalah pejabat Pemkot Surabaya.

Pak Pejabat Pemkot Surabaya yang terhormat, dimana rasa sensitivitas dan kemanusiaan Bapak, dengan rumah yang super mewah, dengan baliho super besar yang terpampang di rumah dan di beberapa tempat strategis di Surabaya. Bukankah Angelina Sondakh sudah di bui, bukankah Atut Chosiyah sudah masuk penjara disusul Anas Urbaningrum dan orang-orang lain yang mendahului mereka. Apakah Bapak tidak berkaca kepada mereka ?
Ingat, sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh pula, pepatah kuno itu dulu dibuat oleh orang dahulu bukan sekedar slogan yang nggak ada artinya lho Pak.

Woke deh, nggak salah dan dengan ainul yaqin bila tanggal 9 nanti kupastikan Bapak akan aku pilih untuk aku coblos di dada anda tepat di jantung sampe guedeee….biar bisa berempati sedikit dengan rakyat.

KEGIATAN PRIBADI

Memang benar kata ibu-ibu yang nunggu anak les Kumon, bahwa penggemar gadget sekarang kebanyakan adalah para emak. Bukan karena para ibu sekarang melek teknologi, tapi para ibu ini lebih suka main game on line.

Sementara temanku menulis ketika kami chatting di Whatsapp ,” Mbak Ita tuh ( maaf ) pup sambil main game. Yek nggilani !”
Haa….masa iya sih sampai segitunya ?! Emang aku nggak begitu apa ?? Hahaha…ya habis, dari dulu ketika masih sekolah kegiatan baca novel, baca koran sampai belajar dan ngerjain PR ya ketika berada di zona paling nyaman itu.

Nah ketika dunia bergeser di era sms, ya sms an disana. Lalu sekarang era internet, era tablet dan iPad, ya kegiatan browsing, chatting sampai main game ya disana juga hahaha…

Biarin deh orang mau bilang apa, karena aku yakin banyak juga yang berkelakukan sama dengan aku dan yang penting aku nggak kayak temanku si Maya.
Lha iya, masa nggak hanya baca atau main gadget di WC, tapi lebih dari itu….makanpun dilakukan bersamaan dengan itu. Haiyyah….kalau ini sih keterlaluan banggets !